Pemasaran

Target pasar produk ini adalah konsumsi rumah tangga, industri pengolah nata de coco, dan industri minuman. Permintaan per bulan hampir 100 ton per bulan. Pada musim kemarau permintaan produk nata meningkat namun belum dapat terpenuhi seluruhnya, baru terpenuhi 40% karena keterbatasan air kelapa sebagai bahan baku nata de coco. Oleh karena itu nata de cassava berbahan baku singkong memiliki potensi memenuhi seluruh permintaan pasar karena bahan baku singkong dan limbah cair tapioka yang dapat diandalkan, melimpah dan murah. Produk nata de cassava telah memiliki paten merk dan proses untuk melindungi HAKI. Kami menjadi penyuplay tunggal nata de cassava di salah satu perusahaan pengolah nata de coco di Jakarta, permintaan per bulan 40 ton. Melihat dari karakteristik serat yang terkandung dalam produk, kedepannya pemasaran produk ini tidak terbatas pada produk minuman tapi industri manufaktur, seperti layar monitor flexibel, kaca lentur karena kandungan seratnya.
Selengkapnya

Pemasaran Nata de Cassava

Dalam suatu produksi suatu barang atau jasa, keberadaan pasar menjadi hal yang penting dan utama untuk dikaji. Pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan setelah produksi untuk menyampaikan hasil produksi ke tangan masyarakat. Kegiatan pemasaran terdiri dari banyak hal. Saya selaku penulis masih tergolong baru dalam hal pemasaran, namun akan saya ceritakan pengalaman saya selama menggeluti usaha nata de cassava.

Nata de cassava merupakan produk makanan berserat yang biasanya digunakan sebagai tambahan dalam produk minuman. Produk yang serupa yang telah dikenal di pasaran adalah nata de coco. Contoh Okky jelly drink, wong coco, inaco, dll. Kandungan serat dalam produk nata berfungsi melancarkan pencernaan, oleh karena itu produk minuman nata baik dikonsumsi untuk berbagai kalangan umur.

Tahapan pemasaran nata de cassava adalah berawal dari produksi nata de cassava oleh para petani. Produksi nata de cassava masih dilakukan skala tradisional yaitu produksi lembaran nata menggunakan nampan, hampir sama dengan petani nata de coco. Usaha ini tergolong high risk karena nata de cassava merupakan produk fermentasi yang membutuhkan peralatan dan ruang produksi yang steril. Banyak faktor produksi yang harus dikendalikan agar dihasilkan lembaran nata de cassava dengan ketebalan yang diinginkan, tekstur halus, dan tidak tumbuh jamur.

Produk lembaran nata de cassava hasil panen petani dibedakan kualitasnya menjadi KW 1 dan KW 2. Produk yang memiliki ketebalan 1-1,5 cm, tekstur mulus, rata, tidak tumbuh pada bagian tengah lembaran nata dapat dikategorikan dalam KW 1 dan harga berkisar antara Rp 900,00 – Rp 1.000,00 tiap kilogram berat nata. harga ini fluktuatif tergantung pada musim. Pada musim kemarau terjadi peningkatan permintaan pasar. Tahap pemasaran selanjutnya adalah dari petani nata ke pengepul nata atau dapat langsung masuk ke pabrik pengolah nata/pabrik minuman kemasan yang tersebar di Indonesia. Pengepul nata adalah pihak yang memasok nata ke pabrik, biasanya petani yang kapasitas produksinya masih kecil akan ditampung/dijual ke pengepul daerah masing-masing dengan harga sesuai dengan nego. Untuk kapasitas produksi yang besar biasanya akan dipasarkan ke pabrik langsung dengan harga yang lebih tinggi karena harus menanggung biaya transport.

Selengkapnya

Formula Nata de Cassava

Nata de cassava merupakan produk makanan berserat menyerupai nata de coco. Bahan yang digunakan antara lain air limbah pati tapioka/pati aci dan parutan singkong. Air singkong dapat menjadi bahan alternatif pengganti air kelapa yang sekarang ini jumlahnya terbatas dan belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar nata.

Beberapa keunggulan dari nata de cassava antara lain: kandungan seratnya lebih tinggi dari pada nata de coco (dibuktikan dengan uji lab), bahan bakunya air limbah pati tapioka/singkong jumlah melimpah, dan murah. Karena bahannya dari air limbah yang bersifat asam maka tidak membutuhkan penambahan asam cuka dan tidak membutuhkan gula pasir seperti dalam pembuatan nata de coco, sehingga biaya produksi dapat ditekan. Namun kelemahan dari produk ini adalah harus merebus 2x sehingga biaya bahan bakar lebih tinggi, membutuhkan kesabaran dan keuletan untuk mempelajari proses produksi nata de cassava.

Untuk membuat air singkong diperlukan formula khusus, kami menyebutnya F1 dan F2. Formula ini merupakan kunci untuk produksi nata de cassava. Penemunya adalah Nur Kartika, Indra, Margianto, dan Farid mahasiswa lulusan Universitas Gadjah Mada. Penelitian dilakukan pada tahun 2007. Berkat keuletan dan kerjasama tim akhirnya kami berhasil menemukan formula ini.

Kami telah mendaftarkan hak patennya untuk melindungi penemuan ini. Teknologi ini telah diaplikasikan di dukuh Nangsri, Bantul yang merupakan industri pati tapioka. Telah terdapat 10 petani plasma nata de cassava. Namun permintaan pasar belum terpenuhi seluruhnya oleh karena itu kami membuka kerjasama bagi pihak yang ingin mengembangkan nata de cassava, memanfaatkan limbah cair pati tapioka dan potensi singkong yang melimpah. Untuk kerjasama lebih lanjut dapat menghubungi kami di nomor contact yang telah kami sediakan.

Selengkapnya

Bibit Nata de Cassava

Bibit sering disebut biang/starter. Seperti halnya membuat tempe, bahan baku kedelai harus ditambahkan biang/usar/ragi agar menjadi tempe. Pembuatan bibit nata de cassava tidak jauh berbeda dengan pembuatan tempe. Prinsipnya adalah menambahkan bibit/biang pada media dan bibit akan tumbuh pada media tersebut.

Produk nata merupakan produk fermentasi yang memanfaatkan keberadaan mikrobia dalam proses produksinya. Mikrobia yang digunakan adalah bakteri nata (Acetobacter xylinum). Ketangguhan bakteri nata dalam proses fermentasi merupakan salah satu faktor untuk menghasilkan nata dengan ketebalan yang optimal. Pada dasarnya bakteri merupakan makhluk hidup yang membutuhkan asupan energi untuk melakukan aktivitasnya dan faktor lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan bakteri nata..

Media pertumbuhan yang digunakan untuk membuat bibit adalah air kelapa, agar bakteri tumbuh dengan optimal maka perlu adanya penambahan gula sebagai sumber karbon dan sedikit ZA untuk memenuhi kebutuhan sumber N bagi tubuh bakteri. Oleh bakteri, bahan-bahan tersebut akan dicerna dan diproses untuk pertumbuhan bakteri. Ada satu faktor mendasar yang harus dipenuhi dalam pembuatan bibit nata de cassava yaitu kandungan asam dalam bahan. Karena kondisi asam disini dibutuhkan agar bakteri membentuk selimut perlindungan diri. Selimut ini berupa benang-benang/fibril yang disusun membentuk suatu lapisan/selulosa.

Lapisan ini disebut lembaran nata. Asam dapat diperoleh secara alami tanpa harus menambahkan asam cuka, yaitu dengan mendiamkan air kelapa untuk beberapa saat sesuai dengan kadar asam yang dibutuhkan yaitu keasaman dengan pH 3-4. Pembuatan bibit nata de cassava dan produk lembaran nata de cassava prinsipnya adalah sama yaitu menggunakan media yang telah ditambahkan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan nata namun untuk pembuatan bibit, media dituangkan ke botol sedangkan untuk membuat lembaran produk nata menggunakan nampan sebagi pencetaknya. Bakteri nata adalah bakteri aerob fakultatif yang membutuhkan oksigen untuk tumbuh sehingga lembaran nata akan tumbuh dipermukaan media. Karena nampan tidak setinggi botol maka cairan/media akan menebal membentuk lapisan nata semuanya, sedangkan media yang dituang di botol, karena botol tinggi maka yang akan membentuk nata hanya di bagian permukaan saja sedangkan cairan di bawah lapisan nata dapat digunakan sebagai bibit baru.

Selengkapnya